Menelisik Geopolitik Hubungan RI-AS-Cina Era Presiden Trump

(Jakarta, ISC): IKAL Strategic Center (ISC) menggelar diskusi publik bertema geopolitik “Hubungan RI-AS-Cina Era Presiden Trump”, di Sekretariat ISC, Jakarta (12/12/2024). Diskusi ini mengupas dinamika hubungan trilateral antara Indonesia, Amerika Serikat, dan Cina selama masa pemerintahan Donald Trump. Dibuka oleh Wakil Ketua I ISC, Prof. Dr. Adrianus Eliasta Meliala M.Si., M.Sc, Ph.D. Tampil sebagai pembicara adalah Prof. Evi Fitriani, Ph.D., serta Dr. Ian Montratama.

Dalam diskusi ini disoroti arah kebijakan “America First” Trump yang bisa memengaruhi lanskap geopolitik global melalui pendekatan unilateral yang memicu ketegangan dengan Cina, terutama terkait perang dagang dan sengketa Laut Cina Selatan. Indonesia dalam konteks ini memanfaatkan posisinya sebagai negara nonblok untuk menjaga keseimbangan strategis dan mendorong stabilitas regional.

Ketua ISC, Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri, dalam kata pengantar acara ini, menjelaskan bahwa sebagai negara nonblok, Indonesia memiliki posisi strategis di kawasan Indo-Pasifik. “Indonesia menjalankan diplomasi bebas dan aktif untuk memperkuat kemitraan strategis dengan Amerika Serikat tanpa mengorbankan hubungan ekonominya dengan Cina yang vital bagi pertumbuhan domestik. Peran aktif Indonesia di ASEAN serta pendekatan pragmatis dalam diplomasi ekonomi dan keamanan mencerminkan fleksibilitasnya dalam menghadapi tekanan geopolitik yang semakin intens,” jelas Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri.

Sementara itu Prof. Evi Fitriani, Ph.D menyoroti hubungan Amerika Serikat dan Cina selama masa pemerintahan Donald Trump dipenuhi dinamika persaingan yang kompleks. Maka di tengah ketegangan hubungan AS-Cina, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan rivalitas ini demi kepentingan nasionalnya. “Indonesia dapat menggalang kerja sama ekonomi dengan Cina sambil memperkuat hubungan strategis dengan Amerika Serikat. Kedua negara ini tetap menjadi mitra penting bagi Indonesia, baik dalam hal investasi, perdagangan, maupun keamanan,” tegas Prof. Evi Fitriani.

Ditambahkan oleh Guru Besar UI ini bahwa fleksibilitas dan kejelian dalam melihat peluang adalah kunci untuk menjaga keseimbangan strategis tersebut. “Bersamaan pula Indonesia juga harus menyadari bahwa dunia tidak hanya tentang Amerika Serikat dan Cina. Ada banyak negara lain yang dapat dijadikan mitra strategis untuk memperkuat posisi Indonesia di panggung global. Memperluas jaringan diplomasi dengan negara-negara di luar rivalitas besar ini akan membantu Indonesia menjaga kestabilan kawasan Indo-Pasifik sekaligus memperkuat kemandirian dalam mengambil kebijakan luar negeri,” ujar Prof. Evi Fitriani.

Pada bagian dalam kesempatan yang sama, Dr. Ian Montratama menyoroti sifat kebijakan luar negeri Trump yang transaksional membuat hubungan AS-China berpusat pada keuntungan ekonomi dan kekuatan strategis. “Meskipun Amerika Serikat menganggap Cina sebagai ancaman strategis, hubungan investasi yang erat tetap terjalin di antara mereka. Kondisi ini mencerminkan bahwa persaingan ideologis dan geopolitik antara kedua kekuatan besar tersebut tidak dapat dipisahkan dari kepentingan ekonomi yang saling terkait,” ujar Dr. Ian Montratama.

Indonesia, tambah Dr. Ian Montratama, dalam situasi tersebut harus mampu memainkan perannya sebagai negara yang menganut prinsip bebas aktif. Sebagai negara nonblok, Indonesia memiliki peluang untuk menjaga keseimbangan strategis di tengah rivalitas global ini. Kebijakan luar negeri yang berani dan independen sangat diperlukan agar Indonesia tidak terjebak dalam konflik yang lebih besar. “Hubungan yang kompleks ini menuntut Indonesia untuk tidak terjebak dalam rivalitas dua kekuatan besar tersebut, melainkan mampu memanfaatkan peluang dari persaingan ini demi kepentingan nasional,” kata Dr. Ian Montratama.

Hadir pula dalam diskusi ini antara lain Sekretaris ISC Laksda TNI (Purn) Dr. Surya Wiranto, SH, MH., anggota Bidang Politik ISC Dr. Drs. Abdur Rahman Sabara, MSI, MH, dan Wakil Ketua Bidang Sosialisasi, Komunikasi dan Kerja Sama Dr. Dipl. Ing. Lily S. Wasitova, serta para perta lainnya lewat sambungan zoom.  (Humas ISC)

 

0Shares