ISC Suguhkan Strategi Menuju Pertumbuhan Ekonomi 8%

(Jakarta, ISC): Pertumbuhan ekonomi sebesar 8% adalah momentum besar yang memerlukan pendekatan multi-dimensi yang berani dan terarah, demikian menurut Ketua Bidang Ekonomi ISC Prof. Dr. Paul Soetopo Tjokronegoro, MA., MPE., dalam forum diskusi yang diselenggarakan IKAL Strategic Center (ISC), di Jakarta, (15/01/2025).

Hadir dalam diskusi ini antara lain adalah Wakil Ketua Bidang Ekonomi ISC Ending Fadjar, SE., MA., Ketua Bidang Hukum dan HAM Irjen Pol. (Purn) Drs. Bekto Supapto, MSI., Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Pemantapan Nila-nilai Kebangsaan Dr. Ir. Silverius “Sonny” Y. Soeharso, SE., MM., Psi., dan Ketua Bidang Sosialisasi, Komunikasi dan Kerja Sama Prof. Dr. Hoga Saragih, ST., MT.

Selanjut Prof. Dr. Paul Soetopo yang juga seorang pakar ekonomi terkemuka menyatakan bahwa strategi seperti pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara solid dan efisien merupakan landasan utama. “Hal ini mencakup pengurangan pengeluaran yang tidak produktif dan optimalisasi belanja pemerintah untuk sektor-sektor prioritas seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan,” ujar Prof. Paul.

Ditambahkan pulanya bahwa efisiensi dalam penggunaan APBN, harus dibarengi dengan transparansi dan akuntabilitas guna mencegah kebocoran anggaran serta meningkatkan kepercayaan publik. Prof. Paul juga menyoroti pentingnya peningkatan investasi sebagai elemen kunci lainnya. “Penegakan hukum yang tegas diperlukan untuk menciptakan kepastian hukum bagi investor domestik dan asing. Stabilitas politik dan keamanan juga menjadi faktor penting karena ketidakpastian dapat mengurangi minat investasi,” tegasnya.

Prof Paul juga menekankan penguatan sistem keuangan dalam aspek fiskal, moneter, dan struktural sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi. “Pengendalian inflasi, menjaga nilai tukar, serta reformasi perpajakan adalah bagian penting dari langkah ini,” imbuhnya seraya menambahkan bahwa transformasi ekonomi melalui teknologi digital juga menjadi pilar utama yang tidak dapat diabaikan.

Prof. Paul juga menekankan bahwa peningkatan pendapatan negara merupakan keharusan untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi. “Optimalisasi penerimaan pajak melalui reformasi sistem perpajakan, seperti digitalisasi administrasi perpajakan dan pengenaan pajak pada sektor ekonomi digital, adalah langkah krusial,” jelasnya. Pendapatan negara yang meningkat, menurutnya, harus dialokasikan secara efisien untuk program-program yang langsung berdampak pada kesejahteraan rakyat, seperti subsidi pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Bidang Ekonomi ISC Ending Fadjar, SE., MA.,mengingatkan pentingnya mekanisme “exit strategi” jika target pertumbuhan ekonomi 8% tidak tercapai. “Dalam skenario ini, fleksibilitas kebijakan ekonomi menjadi penting untuk menyesuaikan dengan perubahan dinamika global,” ungkapnya seraya menekankan bahwa fleksibilitas ini juga memungkinkan pemerintah untuk tetap menjaga keseimbangan antara aspirasi jangka panjang dan kebutuhan mendesak.

Sedangkan Dr. Ir. Silverius “Sonny” Y. Soeharso, SE., MM., Psi di dalam kesempatan yang sama, mengatakan bahwa di tengah tantangan ekonomi global yang semakin tidak pasti, betapa pentingnya kerja sama dari semua pihak, baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat sipil. “Dalam konteks penghematan anggaran, kolaborasi antar-lembaga menjadi penting untuk memastikan setiap pengeluaran menghasilkan dampak maksimal,” jelasnya.

Dr. Sonny juga menyebut bahwa melalui pendekatan berbasis kolaborasi, program-program pembangunan dapat lebih terintegrasi dan efisien. “Harapan besar terhadap prospek ekonomi Indonesia pada 2025 tidak dapat terlepas dari peran stabilitas politik, reformasi struktural, serta penguatan kelembagaan,” ujarnya. Dengan komitmen bersama dan strategi yang terarah, bakal optimis bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi sekaligus menghadapi tantangan global dengan ketangguhan.* (Humas ISC)

0Shares